Geto...k, geto....k, geto..k
Suara itu begitu khas ditelingaku, teriakan mbah getuk yang memecahkan kesunyian dan keheningan pagi membuat orang tertidur jadi terjaga. Terjaga karna tidak ingin terlewatkan dengan makan yang satu ini, Yaitu getuk si Mbah. Nama Getuk adalah sebuah makanan khas jawa yang terbuat dari bahan dasar Ubi dan dimakan dengan ditemani parutan kelapa. Yang membuat orang menunggu dengan lewatnya mbah ini adalah karna Mbah hanya menjajakannnya saat hari minggu saja, itu pun pagi-pagi sekali, jadi kalau ingin menikmati getuk Mbah ini kita sudah bersiap siaga terjaga agar tidak terlewatkan.
Nama Mbah adalah nenek yang di terjemahkan dengan bahasa jawa, kebtulan daerah itu adalah daerah transmigran, jadi mayoritas penduduknya berasal dari suku jawa. Demikian juga bahasa dan kebiasaan yang dipakai masih banyak menggunakan kebiasaan Jawa. Namun ternyata semakin lama kebiasaan itu semakin pupus dan mulai menghilang. Kebiasaan yang dulunya kaya sudah banyak tergantikan mengikuti perkembangan Zaman. Tapi ada satu kebanggaan yang masih aku banggakan disini yakni Menjual makanan jawa yang di jual oleh si Mbah. Walaupun Mbah sering meneriakkan Geto...k, Geto...k, tapi yang Mbah jual bukan hanya getuk saja, ada makanan lain yang tentu juga makanan khas jawa seperti cenil, Nogosari, Mendot, ba’wan, kue ketan, lupes dan lain lain.
Aku kagum pada si Mbah, dengan sepedah onta berwarna hitam, capil sebagai penutup kepala, dua bakul besar-besar yang diletakkan dibelakang tepat digocengannya, dan keranjang yang berisikan daun pisang sebagai piring kue, pagi-pagi sekali ditengah separuh orang masih tergeliat-geliat ditempatnya, si Mbah dengan semangatnya menjajakan makanan has jawa ini sambil berteriak-teriak “Geto....k, Geto...k, Geto...k, entah sudah berapa ratus kali Mbah meneriakannya, dengan kode itulah siMbah memnyiarkan jajakannya karna kalau tidak diteriakkan takkan ada yang tahu dengan lewatnya mbah. Ditambah lagi pakaian yang Mbah pakai itu benar-benar mencirkan khas jawa yaitu kebaya sederhana dan tak lupa juga kain panjang atau jarik yang dipakai sebagai rok. Setahuku jika berjalan denga menggunakan jarik kebaya itu tidak nyaman dan sangat mengganggu langkah, apalagi mengayuh sepeda, sepedah unta lagi. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku pada si Mbah, tidak ada tanda-tanda kesulitan mengayuh diraut wajah Mbah. Buktinya setiap kali menjajakan, si Mbah tetap saja menggunakan jarik sebagai rok.
Satu kali tidak mendengar suara Mbah ternyata seperti ada yang kurang. Sakit yang terkadang menghampiri Mbah membuat mbah tidak bisa menjajakan makanan itu. Sudah lama tidak mendengar lagi suara Mbah Getuk karna memang tidak berada dikampung, tapi terakhir pulang kampung, sengaja kutnggu mbah untuk membereli makanannya. Namun si Mbah tidak muncul entah kenapa. Terbesit dalam hati agar Mbah diberikan kesehatan dan Umur panjang. Agar makanan dan ciri khas desa ku tidak hilang.
Semangatnya tampak seperti arek-arek yang akan melawan penjajah, benar-benar bersemangat dan tidak ada tanda-tanda keluhan karna letih walaupun sudah mengayuh dan berteriak sepanjang jalan. Semangat Mbah yang benar benar membara itu rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Benar-benar mengagumkan sosok Mbah ini. Sudah tua saja semangatnya masih membara layaknya arek-arek yang masi gadis, penuh semangat. Patut dijadikan contoh untuk kita sebagai penerus bangsa, semestinya semangatnya tidak boleh kalah dengan semangat si Mbah. CAYO anak muda tunjukkan semangat MU!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar